Maybe I was so angry for not having the respond that I expected. I always thought that you will get what you give, and hell I am sure already gave a lot, also I know I tell people about what I need to make me feel better, but I don’t know. I really don’t understand why people just walk away for what you needed the most.
Maybe I was so angry that people I cared the most didn’t value our relationship the same as I did. People see me as a responsible person so I won’t do something reckless, and yes I am, but gosh I wish I was one, so people don’t always sure that there is any tomorrows for us. I wish I could leave so they could be grateful that they still have time with me and make the most out of it. But no, they are not.
Maybe I was so angry to myself that I feel worthless, but I am still here today wondering what did I miss, what should I do, and why hurting myself is not even in my thought.
By angry, I also mean sad. So yeah I am feeling that a lot.
NADINADO
sebuah catatan
23.1.19
28.8.17
Trip OSAKA-KYOTO 3D2N – KYOTO
Disclaimers:
1.
Post ini terbagi 2 karena kami menghabiskan
waktu masing-masing satu hari pada dua kota ini.
2.
Tujuan trip ini untuk mengunjungi sebanyak
mungkin tempat wisata dalam waktu singkat (yang penting pernah kesana), jadi
memang tidak menghabiskan waktu di satu tempat terlalu lama.
Minggu, 26 Feb 2017
Jam 6 pagi kami sudah bersiap pergi ke kyoto. Pergi ke kyoto
station biasanya dari Umeda, yang mana kalo dari Namba harus transit dulu di
sana. Tapi akhirnya ketemu jalur lebih enak, jadi dari Namba kami naik kereta
ke Fushimi Inari, karena jaraknya lebih dekat daripada ke kyoto station dan
tiketnya lebih murah, dengan waktu tempuh 1 jam. Tiba di stasiun fushimi inari ternyata
suhu 2 derajat celcius, pantes aja super dingin.
Tiba di kyoto, banyak orang lalu-lalang pake baju
tradisional jepang. Tempat wisata kuilnya lebih touristy (setidaknya yang saya
kunjungi), pasti banyak yang jual souvenir dan papan petunjuknya jelas.
Kuil-kuil ini pasti ada jalan menanjak ke atas bukit yang sepertinya untuk
kepentingan beribadah, jadi sudah pasti dingin dan kalo mau diikutin harus
siapin fisik banget.
Secara berurutan, berikut tempat yang kami kunjungi di
Kyoto.
1. Fushimi Inari (jalan dari fushimi inari station)
Tempat ibadah ini keren banget, jalan setapaknya penuh
tiang-tiang warna orange dan kalo diikutin terus jalurnya akan naik terus. Sayangnya
waktu tempuh bisa 2-3 jam jalan kaki (dikasi tau orang jepang yang nyapa karena
denger kami pake bahasa indonesia, terus dia cerita dulu tinggal di indonesia
juga), jadi kami cuma setengah jalan aja lalu turun.
2. Kyoto station (kereta inari-kyoto)
Sebelum naik kereta, kami ke minimarket untuk beli makan
buat sarapan. Sambil nunggu kereta, kami makan di stasiun. Agak takut soalnya
gak tau aturannya boleh nggak makan di stasiun, tapi nggak ada yang negur juga
jadi tetep makan sampe habis. Tujuan kami ke kyoto station adalah beli one day
pass bus. Kami pilih bus karena semua tujuaan terjangkau bus.
3. Arashiyama Bamboo Grove (kereta kyoto-saga arashiyama)
Stasiun ini nggak terlalu deket sama bamboo grove, tapi good
deal dengan harga dan waktu tempuhnya. Dari situ kami jalan kaki. Bamboo grove
sebenernya jalan masuk yang mana di ujungnya ada kuil.
4. kinkaku-Ji (bis)
Setelah nunggu bis yang lumayan lama, sampailah di kinkaku-ji.
Kuil ini sering dibilang kuil emas (ask why). Kalau mau ikutin jalur jalan kaki
bisa naik terus ke atas bukit. Keluar dari kuil ada penjual makanan oleh-oleh
yang khas kyoto kayak mochi dan kacang-kacangan.
5. ginkaku-ji (bis)
Naik bis ke ginkaku-ji bisa dari 2 sisi jalan. Kami memutuskan
menunggu bis di satu sisi, yang ternyata ini bisnya lama datengnya. Setelah tiba
di halte tempat Ginkaku-Ji berada, kami harus jalan kaki menanjak yang lumayan
jauh. Kuil ini sering dibilang kuil perak (u don’t ask). Disini juga ada jalan
naik ke atas bukit. Di perjalanan balik ke halte bis, kami jajan makanan yang
bentuknya ikan tapi nggak berasa ikan.
6. Kiyomizu-Dera (bis)
Turun dari bis, kami jalan nanjak melewati perkampungan yang
isinya toko oleh-oleh semua. Kita ketemu 1 sakura yang sudah mekar. Sampai di
kuilnya, banyak pohon-pohon sakura yang belum mekar. Yakin deh pasti waktu
mekar bakal keren karena bunganya bisa penuh banget. Disini pun ada jalan
menanjak lagi buat ke atas bukitnya.
Waktu kami keluar, toko-toko souvenir
banyak yang udah tutup. Sepertinya jam toko itu mengikuti jam kuilnya. Waktu kami
mau ke jalan raya, jalanannya beda dari yang pertama datang karena nyasar. Kami
ikutin jalan aja yang penting turun terus.
7. nishiki market (bis)
Tempatnya di dalam gang yang masuk dari Gion. Gion sendiri
jalanan mirip orchard di singapura, tapi terkenal karena suka ada geisha yang
lewat. Nishiki market ini tempat jualan sushi, ikan-ikan mentah yang bisa
dimakan gitu lah. Dari kami berempat yang doyan cuma irvan, jadilah dia aja
yang beli. Kami datang terlambat, sudah malam jadi banyak yang tutup. Setelah itu
kami berusaha cari tempat buat makan malam ala jepang, tapi nggak ketemu.
Karena keyakinan pasti di kyoto station ada tempat makan,
jadilah kami kesana. Di stasiun ada mall dengan 1 lantainya berisi restoran
semua. Jadi kami pilih-pilih dari liatin menu dan gambarnya. Ada 1 tempat yang
nyediain makanan full meal gitu, udah ada lauk dan desertnya. Tapi yang bikin
heran adalah di 1 menu ada udon/soba dan nasi.
Setelah makan, kami kembali ke Osaka naik JR ke Umeda. Tiba di
Umeda sudah jam 9 malam, dan kami belum beli oleh-oleh. Akhirnya browsing lalu
dapet toko Daiso di Namba. Jadilah kami mampir ke Daiso. Sayangnya nggak ada
barang-barang etnik kayak di kyoto, tapi tempat yang bagus (dan murah) kalo mau
cari snacks, atau gantungan yang penting dari jepang.
Sampai di hotel kami ngobrol-ngobrol dan bayar-bayar hutang.
Senin, 27 Feb 2017
Hari kami pulang ke Jakarta malah bangun kesiangan,
untungnya belum telat sampai bandara. Karena kami belum beli oleh-oleh, kami berpisah
dan janjian ketemu di gate pesawat buat belanja dulu. Mungkin agak mahal, tapi kami
bisa beli macem-macem kayak tokyo banana dari Tokyo, sampai cheese cake dari Hokkaido.
Setelah itu kami lari-lari ke gate karena udah mepet boarding, lalu naik
pesawat. Transit dulu di denpasar, sampai jakarta jam 7 malam.
Tips:
Pakai baju sesuai musimnya. Musim dingin di Jepang beneran
dingin.
Nggak beli JR Pass karena bisa beli tiket yang sekali perjalanan,
lagipula cuma naik JR 2 kali di Kyoto.
Beli oleh-oleh di tempat wisata kyoto, atau spare waktu
lumayan banyak buat beli di bandara.
Pake one day bus pass, kalo kelamaan nunggu bisa naik bis
yang lain lalu transit tanpa keluarin uang lagi. Jalur kereta nggak terlalu
banyak di kyoto, jadi lebih enak naik bus walaupun kadang lama dateng, penuh,
atau kena macet.
Perhatikan waktu buka-tutup tempat yang mau dikunjungi
karena rugi saat datang ternyata sudah tutup.
Kalau pergi barengan, beli tiket kolektif lalu bayar
belakangan untuk menghemat waktu.Trip OSAKA-KYOTO 3D2N – OSAKA
Disclaimers:
1. Post ini terbagi 2 karena kami menghabiskan waktu masing-masing satu hari pada dua kota ini.
2. Tujuan trip ini untuk mengunjungi sebanyak mungkin tempat wisata dalam waktu singkat (yang penting pernah kesana), jadi memang tidak menghabiskan waktu di satu tempat terlalu lama.
Jumat, 24 Feb 2017
Sekitar jam 3 sore dari Jakarta kami terbang naik Garuda Indonesia ke Bali, lalu tengah malam terbang ke Osaka.
Sabtu, 25 Feb 2017
Karena perbedaan waktu, kami mendarat sekitar jam 9 di KIX, mampir ke toilet lalu antri imigrasi. Pertama difoto dulu, lalu lewatin pemeriksaan imigrasi pada umumnya, yang penting form yang harus diisi udah lengkap, petugasnya nggak interogasi apa-apa. Lanjut ambil bagasi, lalu ke toilet lagi buat ganti baju.
Pas jalan ke stasiun kereta baru terasa kalo Osaka memang dingin banget. Waktu masih di Jakarta ragu sama uang yang ditukerin karena pecahannya 10.000 yen, padahal tiketnya 920 yen buat sampe ke Namba. Ternyata beli tiket lewat vending machine aman-aman aja.
Pertama masuk kereta rasanya familiar sekali, karena itu kereta yang sama kayak Commuter Line di Jakarta. Bedanya di bawah kursi pemanasnya nyala, jadi kami nggak kedinginan di kereta.
Sampe di stasiun Namba, awalnya mau ke hotel dulu, tapi dipikir-pikir habis waktu, jadinya taro barang di loker yang kami temuin dengan bayar 600 yen buat 2 tas.
Sampe di stasiun Namba, awalnya mau ke hotel dulu, tapi dipikir-pikir habis waktu, jadinya taro barang di loker yang kami temuin dengan bayar 600 yen buat 2 tas.
Selanjutnya pake Osaka Amazing Pass, kami keliling Osaka tanpa perlu keluarin uang lagi. Berikut secara berurutan tempat yang kami kunjungi.
1. Osaka Zoo (subway Namba-dobutsuen-mae)
Tempatnya gak terlalu besar, masih lebih luas dan rindang di ragunan. Hewan yang beda sih ada penguin, polar bear, koala. Disitu kami beli camilan lalu duduk-duduk.
2. Tennoji Temple (jalan kaki)
Kuil ini terletak di tengah kota yang modern banget. Tempat ini masih digunakan untuk ibadah, di dalamnya ada patung Buddha yang besar.
3. Osaka Castle (subway shitennoji-mae yuhigaoka-osaka business park)
Waktu kami tiba, banyak orang-orang yang mau nonton konser dengan atributnya jadi rame banget. Awalnya mau naik cruise dulu, tapi ternyata terlambat dan akan ada lagi 1 jam kemudian, jadi kami ke castle dulu.
Di dalamnya ada museum tentang masa dimana castle ini masih digunakan, tapi atraksi utama dari castle ini ada di lantai paling atas dimana kami bisa lihat pemandangan seluruh Osaka. Kalo naik lift antriannya panjang banget, jadi kami memutuskan lewat tangga sekalian lihat-lihat museumnya.
Waktu sampai, ternyata kami harus tukar semacam tiket gitu walaupun gratis pake Amazing Pass. Ternyata tiket cruise yang mau dinaikin jam 4 sore sudah habis, tapi masih ada untuk jam 5. Akhirnya kami memutuskan menunggu 1 jam. Beruntung karena lagi ada konser, banyak jualan makanan. Irvan dan Parker pergi beli makan, gue dan Ica duduk-duduk tepi sungai sambil kedinginan.
Cruise ini kelilingin sungai osaka. Perahunya enak karena kursinya empuk dan hangat. Kita berempat ketiduran selama 1 jam cruise itu karena daritadi jalan jauh dan belum istirahat dari mendarat paginya (excuse). Setelah cruise matahari baru saja terbenam.
5. Tempozan Ferris Wheel (subway Osaka business park-cosmo square)
Kita melanjutkan naik kincir angin yang tempatnya lumayan jauh di selatan. Ferris Wheel ini gak terlalu rame. Disini kami bisa liat osaka di waktu malam yang banyak lampu-lampu.
6. Dotomburi (subway cosmo square-namba)
Sampai di namba kami tersesat dalam mencari loker. Namba itu super gede dengan banyak pintu udah gitu banyak orang lalu lalang karena di jalan raya dingin Keliling hampir 1 jam, ternyata kami jalan di lantai yang salah, harusnya naik 1 lantai. Lalu kami jalan kaki ke daerah Dotomburi. Daerah ini tempat toko-toko yang banyak neon dan jadi tujuan buat makan dan foto-foto kalo malem. Awalnya mau naik cruise, tapi ternyata tiketnya sudah habis.
Dari dotomburi kami jalan ke capsule hotel. Setelah taro barang, kami mencari makan malam yang lebih serius. Ketemulah warung ramen yang tempatnya kecil tapi canggih. Tempat ini dipilih karena udah kehabisan ide mau makan dimana yang gak ada babinya, dan tempat ini buku menunya pake bahasa inggris. Di tulisannya sih nggak ada menu babi. Untuk pesan kami masukin uang ke vending machine lalu tekan menu yang kami mau. Nanti keluar struk yang kami kasi ke tukang masaknya. Setelah itu tinggal tunggu makanannya datang. Menurut gue ramennya terlalu asin, tapi yang lain sih bisa habisin makanannya. Akhirnya ramen gue dihabisin Parker.
Lalu kami balik ke hotel dan duduk-duduk di common room. Enaknya hotel model ini adalah pasti ada tempat buat kami duduk-duduk bareng, ada kursi, colokan, vending machine berisi minuman panas dan dingin, tempat majalah, sampe kursi refleksi. Ada perpustakaan juga yang isinya penuh komik. Disitu kami merencanakan trip untuk keesokan harinya. Di kamarnya sendiri udah disediakan baju tidur dan handuk. Tas harus disimpan di ruang loker jadi nggak ribet sama barang-barang. Kamar mandinya ada 2 model, onsen yang bisa mandi bareng-bareng, ada juga yang model bilik buat mandi sendirian. Ada lagi tempat buat mempercantik diri (entah namanya apa), ada wastafel dan kaca, sikat gigi, pengering rambut, sisir, body lotion dan segala perawatan wajah, itu semua disediain dan tinggal pake aja. Malam minggu tempat ini lumayan rame sama orang yang mau berendam di onsen dan hang out sama temen-temennya.
Tips:
Pakai baju sesuai musimnya. Musim dingin di Jepang beneran dingin.
Keliling pake Osaka Amazing Pass worth every penny, apalagi kalo ada perubahan rencana dan nyasar-nyasar.
Catat jalur kereta dan pintu keluar (ini paling penting karena kalo salah keluar bisa jadi tiba di seberangnya dan kalo balik gak bisa sembarangan nyebrang).
Tinggal di capsule hotel untuk pengalaman baru.
6.3.17
Persiapan Backpacking (Tapi Bawa Koper) ke Jepang
Tiba-tiba dapet momen pas lagi ngobrol sama Ica, Parker, Irvan, keluar kata-kata “kita ke Jepang, yuk.”
Awalnya kita ngumpul bareng buat dapet traktiran makan siang dari Irvan atas wisudanya. Tempat yang dipilih sengaja di deket tempat Ica lagi jaga pameran HIS. Disana ngobrolin jualannya Ica, dan akhirnya keluarlah kata-kata itu. Pertama, kita merencanakan buat beli tiket dulu. Asik banget karena sekitar 1 bulan lagi bakal ada GATF, jadilah kita punya cukup waktu buat nabung.
Perks of having friend that works in travel agent, kita bisa tau harga tiket yang bakal dijual di GATF. Dan hal yang paling menguntungkan adalah kita bisa beli tiket melalui HIS dan dapet harga promo tanpa dateng ke GATFnya. Akhirnya pada bulan Oktober itu tiket untuk keberangkatan bulan Februari udah di tangan. Kita sengaja nggak pergi pas musim semi, ya karena seluruh manusia bakal tumpah disana, dan semua bakal jadi lebih mahal. Dipilihlah pas masih musim dingin karena kerjaan Ica pasti lagi low, sementara yang lain sih ikut-ikut aja.
Karena kesana pas musim dingin, udah sering tuh liat-liat prediksi cuaca pake aplikasi di hp. Ternyata suhunya selalu di bawah 10o C. kadang ada waktu yang “lebih hangat”, tapi selebihnya sedingin itu. Jadilah bawa baju yang tebel dan dobel. Untungnya cuma 3 hari, bawaannya nggak perlu sampe koper gede banget. Awalnya gue mau bawa ransel aja, karena itu tas muat siiihhh. Tapi pas hari keberangkatan, gue mesti ke bengkel dulu dan packing jadi buru-buru. Gue juga bawa lumayan banyak makanan penunda lapar karena takut banget kelaparan dan gak cocok sama makanan disana. Akhirnya bawa koper ukuran kabin aja lah yang bisa masuk semua barangnya tanpa diatur rapi-rapi.
Setelah ngobrol berempat di awal dulu itu, kita nggak pernah bisa ngumpul lengkap berempat buat bahas itinerary. Untuk soal hotel, Ica yang urus bookingnya. Kita cuma di Jepang selama 3 hari 2 malam, itupun hari terakhir pergi ke bandara. Akhirnya booking di Capsule Hotel Asahi Plaza, karena murah, dan dari gambarnya sih meyakinkan. Belakangan baru tau, pengalaman tidur di kapsul itu kayak “must do list” saat ke Jepang. Dengan sedikitnya waktu di Jepang, kita pilih untuk mengunjungi sebanyak mungkin tempat, daripada menghabiskan 1 hari di tempat tertentu (USJ misalnya). Akhirnya dibuatlah rencana buat ke Osaka dan Kyoto, berhubung di Internet banyak yang mengusulkan demikian.
Untuk nentuin tempat-tempat yang mau kita kunjungi, ternyata nggak cukup cuma nentuin “siapa mau kemana”. Buat perjalanannya, terutama di Kyoto itu lokasinya jauh-jauh banget. Perjalanannya aja bisa 1 jam sendiri. Jadilah gue sama Irvan ngobrolin seminggu sebelum keberangkatan buat fixnya mau kemana aja sedetail mungkin termasuk naik bis atau kereta apa dan nomer berapa, sekalian juga keluar di pintu berapa. Caranya sih liat informasi tempat wisatanya, cek ke google maps, lalu cek ke hyperdia.com juga. Kita memutuskan buat nggak sewa router wifi, biar menantang gitu. Asiknya ada aplikasi MAPS.ME untuk peta offline dan untuk bagian Osaka sama Kyoto sih lengkap banget point of interests nya, yang bahkan nggak gue temuin di google maps.
Untuk urusan visa, kita proses bulan Januari, karena visa itu cuma berlaku 3 bulan dan kalo ngurus bulan Februari takut terlalu mepet. Sebenernya kita bisa urus sendiri ke kedutaan, atau boleh juga lewat travel agent. Nah disinilah lagi-lagi ngerasa beruntung punya temen di HIS. Ternyata kalo lewat HIS, harga ngurus visanya sekitar 50ribu. Daripada cuti sehari buat antri dari pagi di kedutaan, 50ribu nggak mahal menurut gue. Mereka juga kasi list lengkap apa yang harus disiapin untuk urus visa. Dateng ke konternya, kasi berkas dan bayar, beres. Seminggu kemudian dikabarin kalo visanya udah keluar.
Cari info tentang akomodasi selama disana menurut gue penting banget untuk meminimalisir budget. Di Osaka, kita beli Amazing Pass 1 hari yang bisa dipake seharian penuh naik subway sepuasnya dan masuk ke beberapa tempat wisata gratis. Asiknya, pass ini bisa dibeli di HIS pake rupiah, selain harganya yang ngikutin kurs saat beli, lebih santai juga pas sampe di Osaka bisa langsung dipake. Di Kyoto, kita beli Buss Pass 1 hari untuk naik bus sepuasnya karena di kyoto jalur subway/keretanya sedikit dan nggak menjangkau tujuan wisata kita.
*post ini bukan endorse HIS*
20.3.16
#14, penutup
karena diawali dengan pendahuluan, saatnya gue akhiri dengan penutup.
so, gue akhirnya dinyatakan lulus dari sidang skripsi.
selanjutnya gue nyelesaiin revisian. karena temen-temen gue yang masih belum sidang itu masih banyak dan waktu sidang masih 2 mingguan, ya gue santai-santai aja nggak ngerevisi. pokoknya liburan banget deh tiap hari nggak ngapa-ngapain. walaupun super galau karena kepikiran banget habis ini mau ngapain. papa cuma minta gue memutuskan mau ngapain, tapi nggak kasi usul sesuai yang gue harapkan. hingga akhirnya di pertengahan januari, gue dateng buat revisi sekalian ngobrol sama pembimbing gue. gue juga ngobrol sama beberapa orang buat kasi gue pandangan.
lalu setelah revisian selesai, gue ke ruangan si ibu lagi, terus ternyata masih ada lagi yang salah. karena gue pengennya selesai hari itu juga, gue ditawarin ngeprint di ruangan ibunya. rezeki amat kan daripada ngeprint di luaran bayarnya berapa coba.
abis ngeprint gue minta tanda tangan ke dosen penguji gue lalu beli CD buat ngeburn skripsi gue. biasanya pas dimintain tanda tangan itu dosen pengujinya bakal ngecek lagi apakah gue sudah ngerevisi sesuai mau si dosennya. beruntungnya, mereka nggak gitu. mereka langsung tanda tangan aja karena revisi gue nggak bermasalah banget, cuma biar lebih rapi aja. jadi gue lega banget. cuma 1 aja sih dosen penguji gue yang nggak ada di tempat dan baru balik minggu depan. jadi minggu depan gue mesti ke kampus lagi.
gue harus ngumpulin CD ke dekanat. karena masih kurang 1 tanda tangan, minggu depannya gue tuker lagi CD gue sama yang udah lengkap. pas ngumpulin CD yang pertama itu, padahal gue udah ngeburn malemnya di rumah.
lo tau yang terjadi selanjutnya?
pas sampe kampus gue baru sadar CDnya ketinggalan broooo.
akhirnya gue mesti beli CD lagi dan ngeburn ulang dan itu semua duit lagi.
sambil urusin skripsinya, gue bayar-bayar juga buat keperluan wisuda fakultas sama wisuda universitas. pas akhirnya penguji gue yang satunya udah tandatangan juga, gue langsung pergi jilid hard cover. pas udah jadi, langsung gue urusin buat ngasi skripsi gue ke tempat-tempat yang di haruskan.
akhirnya gue pun wisuda pas awal februari, dan ijazahnya udah selesai 2 minggu kemudian tapi baru gue ambil pas bulan maret. itu juga sampe sekarang belum gue legalisir itu ijazahnya.
yah sekian perjalanan membuat skripsi ini. awalnya susah banget, terus pas udah ngerti ngerasanya kok kayak gitu doang ternyata. tapi yah seru sih.
oya, akhirnya gue memutuskan buat S2 ambil jurusan pendidikan di luar negeri. itu memang udah rencana gue dari sebelum masuk S1. tapi seiring waktu, gue lupa sama mimpi gue sendiri. untungnya diingatkan lagi. awalnya mau ke singapur, terus karena ada syarat mesti kerja formal di bidang pendidikan minimal 1 tahun, gue berencana bakal lanjut kuliah 2 tahun lagi. lalu baru-baru ini dateng ke pameran pendidikan, malah jadi naksir banget sama selandia baru. jadi gue memutuskan buat ngejar sekolah disana. semoga bisa tercapai.
so, gue akhirnya dinyatakan lulus dari sidang skripsi.
selanjutnya gue nyelesaiin revisian. karena temen-temen gue yang masih belum sidang itu masih banyak dan waktu sidang masih 2 mingguan, ya gue santai-santai aja nggak ngerevisi. pokoknya liburan banget deh tiap hari nggak ngapa-ngapain. walaupun super galau karena kepikiran banget habis ini mau ngapain. papa cuma minta gue memutuskan mau ngapain, tapi nggak kasi usul sesuai yang gue harapkan. hingga akhirnya di pertengahan januari, gue dateng buat revisi sekalian ngobrol sama pembimbing gue. gue juga ngobrol sama beberapa orang buat kasi gue pandangan.
lalu setelah revisian selesai, gue ke ruangan si ibu lagi, terus ternyata masih ada lagi yang salah. karena gue pengennya selesai hari itu juga, gue ditawarin ngeprint di ruangan ibunya. rezeki amat kan daripada ngeprint di luaran bayarnya berapa coba.
abis ngeprint gue minta tanda tangan ke dosen penguji gue lalu beli CD buat ngeburn skripsi gue. biasanya pas dimintain tanda tangan itu dosen pengujinya bakal ngecek lagi apakah gue sudah ngerevisi sesuai mau si dosennya. beruntungnya, mereka nggak gitu. mereka langsung tanda tangan aja karena revisi gue nggak bermasalah banget, cuma biar lebih rapi aja. jadi gue lega banget. cuma 1 aja sih dosen penguji gue yang nggak ada di tempat dan baru balik minggu depan. jadi minggu depan gue mesti ke kampus lagi.
gue harus ngumpulin CD ke dekanat. karena masih kurang 1 tanda tangan, minggu depannya gue tuker lagi CD gue sama yang udah lengkap. pas ngumpulin CD yang pertama itu, padahal gue udah ngeburn malemnya di rumah.
lo tau yang terjadi selanjutnya?
pas sampe kampus gue baru sadar CDnya ketinggalan broooo.
akhirnya gue mesti beli CD lagi dan ngeburn ulang dan itu semua duit lagi.
sambil urusin skripsinya, gue bayar-bayar juga buat keperluan wisuda fakultas sama wisuda universitas. pas akhirnya penguji gue yang satunya udah tandatangan juga, gue langsung pergi jilid hard cover. pas udah jadi, langsung gue urusin buat ngasi skripsi gue ke tempat-tempat yang di haruskan.
akhirnya gue pun wisuda pas awal februari, dan ijazahnya udah selesai 2 minggu kemudian tapi baru gue ambil pas bulan maret. itu juga sampe sekarang belum gue legalisir itu ijazahnya.
yah sekian perjalanan membuat skripsi ini. awalnya susah banget, terus pas udah ngerti ngerasanya kok kayak gitu doang ternyata. tapi yah seru sih.
oya, akhirnya gue memutuskan buat S2 ambil jurusan pendidikan di luar negeri. itu memang udah rencana gue dari sebelum masuk S1. tapi seiring waktu, gue lupa sama mimpi gue sendiri. untungnya diingatkan lagi. awalnya mau ke singapur, terus karena ada syarat mesti kerja formal di bidang pendidikan minimal 1 tahun, gue berencana bakal lanjut kuliah 2 tahun lagi. lalu baru-baru ini dateng ke pameran pendidikan, malah jadi naksir banget sama selandia baru. jadi gue memutuskan buat ngejar sekolah disana. semoga bisa tercapai.
Subscribe to:
Comments (Atom)



















